[Artikel] Perjuangan Tablo Melawan Tuduhan Pemalsuan Ijazah Akademiknya (Part 3) + INFO


-Part 3-
Sean Lim, ’01, MA ’02, memiliki peran besar dalam drama ini (kasus Lee). Dia adalah seorang pembaca berita pagi di Arirang, sebuah jaringan siar berbahasa Inggris di Korea. Dia menyaksikan dengan ngeri karena cerita2 Lee mendominasi berita2 musim panas. Itu adalah sebuah pengalaman aneh karena dia tahu Lee tidak berbohong. Keduanya adalah teman semasa kuliah di Stanford.

Faktanya, Lim dapat dikatakan sebagai salah satu fans lama Lee. Dia tinggal bersama Lee di Okada, dan pernah menjadi anggota yang antusias di antara para audience saat grup hip-hop pertama Lee, 4n Objectz, tampil dalam event kecil di asrama. Jadi ketika orang2 mulai mempertanyakan tentang latar belakang Lee, Lim mengatakan pada semua orang bahwa benar Lee seorang lulusan Stanford.
Masalahnya adalah hanya saya dan orang2 yang saya temui melawan jutaan anggota forum online,” ucap Lim.
Perkataan satu orang tidak akan menghentikan gelombang, jadi Lim menghubungi Kevin Woo, MS ’92, sekretaris Klub Stanford di Korea. Lim meminta klub untuk mengeluarkan sebuah pernyataan dalam bahasa Korea untuk Lee. Dia merasa bahwa bagian dari masalah itu adalah semua bukti yang mendukung Lee menggunakan bahasa Inggris dan datang dari Stanford, suatu sumber luar. Mungkin jika sebuah organisasi Korea yang terpercaya seperti himpunan alumni lokal mengambil tindakan, itu akan menjadi suatu bentuk yang akan dihargai warga umum Korea.
Presiden asosiasi, Joon Chung, MS ’88, PhD ’93, memutuskan untuk tidak mengeluarkan pernyataan. “Hal itu adalah situasi luar biasa,” jelasnya. “Beberapa orang meyakini tidak baik menanggapi hal yang tidak logis.
Menurut Woo, Chung ingin melakukan sesuatu di depan publik untuk mendukung Lee tapi alumni2 di Korea memperingatkannya untuk tidak melakukan itu. Alumni2 ini tidak pernah bertemu Lee –dia tidak pernah menghadiri sebuah pertemuan himpunan– jadi banyak di antara mereka yang merasa tidak yakin apakah Lee adalah dirinya seperti yang dia katakan. Mereka takut reputasi sebagai alumni Stanford di Korea akan tercoreng jika mereka keliru menjamin Lee.
Sebaliknya, Chung mengirim sebuah email untuk para anggota himpunan, mendesak mereka mengambil langkah individu untuk kepentingan Lee. Pada akhirnya terserah masing2 member untuk memutuskan apakah mereka akan melakukan sesuatu atau tidak.
Lim sangat geram. “Mereka membiarkan Dan (panggilan akrab Lee) tergantung hingga kering,” katanya. “Mereka bisa mengakhiri ini semua tapi tak seorang pun mau mendekat ke api.”
Ketakutan mereka bisa dipahami. Serangan2 online menginginkan darah, dan siapapun yang berdiri menentang mereka akan terkena kemarahan. Lim sendiri mengakui dia harus berperang dengan keputusan untuk membantu. Dia memiliki pekerjaan di penyiaran dan mengandalkan maksud baik publik. Dia bisa saja membahayakan karirnya jika bicara. “Saya malu mengakui bahwa saya berpikir dua kali untuk membantu Dan,” ungkapnya. “Saya melihat apa yang telah mereka lakukan padanya dan saya takut.
Lim menemui teman lamanya itu di suatu kafe jauh dari jangkauan pada bulan Juli. Lee tampak sangat lelah dan dia berkata belum tidur. Dia mengalami depresi dan emosinya lebih baik saat mereka bertemu. Hanya beberapa bulan sebelumnya, dia baru saja menggelar konser2 dengan tiket terjual habis dan dikerumuni fans yang meminta tanda tangan di jalan2. Sekarang, dia harus sembunyi2 hanya untuk menemui seorang teman. “Aku merenungkan apakah benar hidupku berharga,” kata Lee.
Lim menyadari bahwa tidak ada pilihan : Dia harus melakukan sesuatu. Dia mulai mengirim email untuk teman2 kuliah Lee di Stanford dan akhirnya, 22 teman tersebut bersama-sama membuat sebuah halaman Facebook untuk mendukung Lee.
Saya tidak ingin kenangan2 yang Dan, saya, dan teman2 lain telah alami bersama, terhapus oleh orang2 yang mencari2 bukti bahwa dia tidak pernah pergi ke Stanford,” tulis Eddy (Chi) Qi, ’01. “Kenangan2 termasuk saat dia mengantar saya yang mabuk dan kadang2 muntah (sekali mengenai sepatunya) kembali ke asrama setelah pesta.
Saya ingat perjuangan melalui beberapa performance awal yang keras di pertunjukan bakat AASA [Asian American Students' Association] dan saya senang mengetahui bakatnya pada akhirnya terwujud bersama antusiasmenya,” tulis Tipatat Chennavasin, ’00.
Meskipun pers Korea memberitakan bahwa teman2 Stanford Lee bersatu memberikan dukungan padanya, anggota2 TaJinYo menolak untuk percaya bahwa semua itu benar. Kang Han ’02, seorang teman di tahun2 awal Lee sebagai mahasiswa dan orang pertama yang memposting di situs facebook, menerima ancaman2 walaupun dia tinggal di Los Angeles. “Perhatikan belakangmu,” salah seorang mengiriminya pesan. Yang lain menghujaninya dengan email berisi cemoohan2 dan meyebutnya seorang pembohong.
Di Korea, Lim menerima sebuah panggilan dari jaksa penuntut yang menyelidiki dakwaan terhadap Lee. Dia diminta untuk datang ke kantor pusat divisi di Seoul dan membawa ijazah Stanford-nya. Saat dia datang, seorang penyidik mengambil ijazahnya dan memeriksanya ke arah cahaya untuk memastikan apakah itu palsu.
Anda bercanda!” kata Lim. “Anda juga ingin mengetes kertas itu juga?
Penyidik menatap Lim tanpa senyum dan mengatakan padanya bahwa dia akan mengirim dokumen itu ke bagian forensik untuk dites kertasnya.
Saya mulai bisa memahami apa yang Dan rasakan,” geram Lim.
Saat serangan terhadap Lee dimulai di musim semi (bulan April) 2010, Ki Yeon Sung menerima lebih dari 200 email yang memintanya untuk menyelidiki Lee. Dia adalah seorang produser musiman untuk sebuah acara berjudul  PD Note, acara sejenis 60 Minutes di Korea, yang menyelidiki berbagai topik seperti politik, organisasi kriminal, dan korupsi. Gosip selebriti bukanlah bidangnya sehingga dia mengacuhkan permintaan itu. “Kami punya banyak hal lain untuk dikhawatirkan di Korea,” pikirnya saat itu.
Situasi berubah saat serangan2 berkembang melibatkan siapa saja yang menawarkan bukti2 yang mendukung Lee. Reporter dan manajernya yang menerbitkan cerita bantahan terhadap klaim TaiJinYo tentang Lee, dibanjiri email2, telepon2, dan desakan kejam agar sang reporter mengundurkan diri. Tidak ada seorang pun yang ingin diancam, jadi, menurut Sung, sang reporter pun berhenti mempertanyakan klaim2 TaiJinYo. Setelah cerita itu menjadi salah satu berita utama di Korea pada musim panas, dia mengamati bahwa serangan2 tersebut memberikan sebuah efek mengerikan dalam pemberitaan. Saat itulah kasus Lee menjadi sesuatu yang penting untuk dikhawatirkan.
Tentu saja bukan berarti Sung mempercayai Lee. Baginya memang tampak luar biasa bahwa Lee memiliki bakat begitu banyak, begitu cepat, dan dia bisa memahami keraguan orang2. Banyak siswa belajar luar biasa keras untuk bisa masuk ke sebuah sekolah terbaik dan lalu belajar lebih keras lagi setelah mereka berhasil masuk. Lee terlihat seperti melenggang lewat Stanford dalam waktu singkat lalu keluar dengan menggenggam sebuah gelar master. Ceritanya punya kekuatan untuk membuat orang2 merasa bodoh.
Teori konspirasi yang dominan menganggap bahwa Lee telah mengambil identitas orang lain, jadi Sung memutuskan untuk menantangnya secara langsung pada titik itu. Jika Lee benar2 seperti yang dia katakan, maka dia pasti sanggup melakukan perjalanan ke California dan meminta transkripnya secara langsung. Jika dia berhasil, misteri akan terpecahkan.
Lee menerima tantangan itu.

Saat itu adalah pertama kalinya Lee kembali ke kampus sejak kelulusan dan banyak perubahan telah terjadi. Salah satunya, Patung Rodin telah dipindahkan, yang berpotensi membuatnya tampak seperti seorang pembohong di hadapan TV nasional Korea. (Jika tidak dipinjamkan ke institusi lain, The Thinker sekarang diletakkan di Cantor Arts Center).

Untungnya, saat dia berjalan menuju jurusan Bahasa Inggris, seorang manajer pelayanan mahasiswa, Judy Candell, mengenalinya dan memberinya sebuah pelukan. Dia telah mendengar tentang masalah2 Tablo. “Aku harap semuanya berakhir,” katanya. “Karena kami percaya padamu.

Kamera kru TV mengikutinya ke kantor registrar dimana Thomas Black sedang menunggu. Lee mengeluarkan ijazah dan transkrip nilainya dari dalam tas punggung lalu meletakkannya di atas meja untuk diperiksa Black. Dia juga menunjukkan passportnya pada Black. Black mencetak transkrip Lee menggunakan server kantornya, membandingkan dengan transkrip yang Lee bawa, serta mencocokkan nama Lee dengan nama yang tertera di passport.
Semua tepat sama,” Black menyimpulkan, memegang kedua transkrip. “Baris per baris, kata per kata.”
Rekaman itu akan ditayangkan dalam salah satu dari dua bagian tayangan spesial MBC, salah satu jaringan TV nasional Korea (rekaman dokumenter itu ditayangkan dalam 2 bagian : “Tablo Goes to Stanford” dan “Tablo and South Korea Online” yang ditayangkan pada tanggal 1 dan 8 Oktober 2010).  Lee terbukti benar, tapi yang bisa dia rasakan hanyalah mati rasa.
Orang2 yang melakukan semua ini padaku tidak akan pernah berhenti,” katanya. “Mereka tidak akan percaya padaku, tak peduli apa yang kulakukan.
Lee mengajukan gugatan melawan 20 (dalam artikel lain diberitakan 22 orang) penyerangnya yang paling keras. Pada bulan Oktober, jaksa penuntut menyelidiki kedua tuntutannya dan dugaan2 terhadapnya membuktikan bahwa Lee adalah benar sebagaimana yang dia katakan.
(Tanggal 8 Oktober, kepolisian mengkonfirmasi bahwa Lee memang benar lulusan Stanford, setelah memeriksa klaim2 atas riwayat pendidikannya. Polisi memeriksa berbagai dokumen bahkan meminta informasi lebih lanjut dari Stanford University sebelum akhirnya mengeluarkan keputusan bahwa Lee benar. Polisi menyatakan, “Setelah memeriksa berkas2 imigrasi Tablo, kami menemukan bahwa dia masuk Korea sebanyak 9 kali dari saat dia masuk universitas sampai lulus. Semua kunjungannya dilakukan selama liburan atau istirahat. Kami tidak bisa menemukan suatu bukti bahwa dia memalsukan apapun“).


Jaksa penuntut meminta situs internet Korea untuk mengungkapkan identitas2 asli ke 20 penyerangnya (alamat IP mereka dilacak dan mereka dipanggil untuk menjalani interogasi, tapi sebagian besar menolak. Tim investigasi cyber kepolisian memanggil para tersangka dan memberikan peringatan atas tindakan kriminal yang mereka lakukan. Para tersangka menolak panggilan polisi dan mengklaim bahwa postingan yang mereka buat adalah benar.). Whatbecomes, ketua penghasut, terungkap sebagai Eung Kim, seorang bisnisman berusia 57 tahun keturunan Korea-Amerika yang tinggal di Chicago. Polisi Korea memintanya datang melapor untuk diinterogasi.
Aku memposting dengan cara yang jujur, jadi aku tidak akan menjawab surat panggilan tersebut,” dia berkata pada mereka.
Polisi (bekerja sama dengan Interpol) lalu mengeluarkan sebuah surat perintah internasional untuk menangkap Eung Kim, yang telah ditentangnya selama berbulan-bulan sampai sekarang. Di forum TaJinYo, Kim bertanya apakah fitnahan merupakan suatu kejahatan internasional dan melepaskan frustasinya dengan mengatakan ia dituduh dengan tidak adil. “Aku sangat marah karena mereka memperlakukanku seolah aku tersangka padahal mereka belum mengkonfirmasi aku sebagai pelaku kriminal,” tulisnya.
(Situs TaJinYo akhirnya ditutup segera setelah Naver mengikuti hasil investigasi, yang juga mengungkap bahwa Whatbecomes telah melakukan kecurangan menggunakan ID seorang temannya untuk membuat website, melanggar ‘term of service’ Naver. Meski begitu, banyak anggota forum TaJinYo bergabung dalam komunitas online lain yang disebut “We Demand the Truth from Tablo 2” atau TaJinYo 2 dengan keanggotaan mencapai 33.000 netizen)
Bagi pengamat dari luar, kasus telah ditutup. Di sebuah pertemuan kabinet, Presiden Korea Lee Myung-Bak menyatakan bahwa apa yang terjadi pada Lee adalah sebuah “pencemaran nama baik yang seharusnya tidak pernah terjadi lagi.” Ashton Kutcher, yang memfollow Lee di twitter, menimpali, “Saatnya untuk membunuh mata iblis yang menyerang pria ini,” dia mentweet.
Lee, meskipun masalah tampak mulai terselesaikan, belum sepenuhnya pulih. Dia masih takut berhadapan dengan publik dan tidak tahu apakah dia akan pernah bisa tampil di hadapan penonton lagi. Pada Mei 2011, dia kembali ke Stanford untuk memberikan sebuah pidato kuliah bagi “Asian American Students’ Association” (dengan topik “Asian Images”). Penampilannya itu merupakan kemunculan publik pertamanya sejak kontroversi meledak. Walaupun keramaian publik saat itu adalah kerumunan yang bersahabat, Lee merasa lumpuh karena ketakutan berdiri di panggung, sesuatu yang belum pernah dia alami sebelumnya. Dia merasa mual selama pidato dan kadang2 harus berhenti untuk mengambil napas. Hal itu memperkuat ketakutannya apakah dia akan pernah sanggup mendominasi panggung lagi seperti dulu.
Sejujurnya, aku hancur,” kata Lee. “Dan aku tidak tahu apakah aku akan lebih baik.
Kerumunan yang hadir tampak menghiraukan kekhawatiran Lee. Setelah menyelesaikan pidatonya, Lee terkejut saat melihat barisan panjang orang2 yang mengantri tanda tangannya. Dia berpose untuk foto dan tampak rileks. Dia tersenyum dan, untuk sesaat, terlihat secercah harapan.
-End-
note: info2 dalam tanda kurung () merupakan tambahan yang aku cantumkan dari sumber2 lain
=============================================================================
Apa bonus infonya?
Artikel tambahan tentang bergabungnya Tablo dengan YG Entertainment, setelah kasusnya mereda :
Kembalinya Tablo Setelah Kontroversi

Pada tanggal 27 September 2011, YG Entertainment mengumumkan bahwa Tablo akan menandatangani kontrak 4 tahun dengan mereka dan comeback-nya lewat album solo pertama akan dirilis tanggal 1 November. Walaupun Tablo dikontrak sebagai penyanyi solo di bawah YG Ent, dia menyatakan bahwa hal itu bukan berarti Epik High bubar atau member lainnya akan menandatangani kontrak dengan YG Ent juga sebagai sebuah grup.
Menurut juru bicara YGE, member2 Epik High (Mithra Jin dan DJ Tukutz ) sangat mendukung keputusan Tablo. “Karena Mithra Jin masih melaksanakan tugas wajib militernya dan Tablo hanya menandatangani kontrak sebagai penyanyi solo, kami tidak bisa mengatakan apapun tentang Epik High sat ini. Hal ini adalah hal yang akan didiskusikan saat semua member berkumpul. Untuk saat ini, mereka tetap menjaga segala kemungkinan terbuka,” juru bicara YGE menjelaskan.
Tablo dikenalkan pada CEO YG, Yang Hyun Suk, oleh istrinya, aktris Kang Hye Jung yang juga berada di bawah agensi YG Entertainment. Tablo yang menderita akibat rumor2 terkait akademiknya, sedang berada pada titik dimana dia menggantungkan karirnya dalam ketidakpastian.
Istri Tablo membuat sebuah pertemuan dengan CEO YG untuk suaminya, yang sedang terpuruk tanpa semangat. Yang Hyun Suk, seorang yang memiliki kepercayaan kuat terhadap bakat murni artis2, tambahan pula dia adalah mentor/guru musik bagi seorang Tablo muda. Dengan kebanggaan atas sistem produksi mereka yang kuat, YG akan menjadi perusahaan yang sempurna bagi Tablo untuk hanya mencurahkan seluruh fokusnya pada musik. Demikianlah, takdir Tablo dengan YG terjalin secara alami.
Dengan masuknya Tablo dalam agensi YG Ent, berarti ini kedua kalinya YG mengontrak seorang artis yang bukan trainee mereka, setelah PSY. Bergabungnya Tablo juga membuat bertambahnya satu lagi pasangan suami-istri (setelah Sean dan Jung Hye Young) dalam satu label YG Entertainment.
Dan ini adalah pesan yang ditulis Tablo untuk YG Family, setelah ia bergabung dengan mereka :

Untuk YG Family! Terima kasih karena mendukung saya dan memberikan saya kekuatan. Saya tidak akan melupakan moment ini!
sources of more info : allkpop, naver, asiapacificarts, english.kbs


2 Responses to [Artikel] Perjuangan Tablo Melawan Tuduhan Pemalsuan Ijazah Akademiknya (Part 3) + INFO

  1. hwaaa.... tetep semangat buat Tablo oppa... terima kasih udah ngebuat artikel lengkapnya.. terharu bgt bacanya..

    BalasHapus
  2. orang yang luar biasa dengan hidup yang luar biasa:)blo oppa fighting!!!
    #hug

    BalasHapus